Mahasiswa/i KKN STAI Baitul Arqom Ikuti Lokakarya Pelestarian Budaya
KKN Kelompok Desa Marga Mekar Mengangkat Hajat Buruan Sebagai Warisan Budaya Leluhur


Desa Margamekar menjadi tuan rumah lokakarya yang diikuti oleh 168 mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Baitul Arqom. Lokakarya ini mengusung tema “Menjunjung Tinggi Kearifan Lokal sebagai Warisan Budaya Leluhur” dan dihadiri oleh Ketua Yayasan STAI Baitul Arqom serta para dosen. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan tradisi lokal yang masih kental di masyarakat, khususnya Hajat Buruan yang menjadi bagian dari adat Desa Margamekar.
Acara dibuka dengan sambutan dari KH. Ibnu Athoillah Al-Hafidz, S.H., M.M., yang merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Baitul Arqom sekaligus Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PWNU Jawa Barat. Dalam pidatonya, beliau menekankan pentingnya penerapan ilmu yang telah dipelajari oleh mahasiswa, khususnya dalam penelitian, pengabdian, dan pemberdayaan masyarakat (Pendidamas).
Sambutan kedua disampaikan oleh Kepala Desa Margamekar, Ade Wahyu, yang menyampaikan apresiasi kepada STAI Baitul Arqom atas kepercayaannya menjadikan desa tersebut sebagai lokasi KKN. Ia berharap program ini dapat membawa manfaat bagi masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan kearifan lokal.
Sementara itu, Ketua Pelaksana KKN STAI Baitul Arqom, Rudi Sulaeman, M.Pd., secara resmi membuka lokakarya ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran bagi mahasiswa, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap pelestarian budaya lokal.
Dalam sesi utama lokakarya, kelompok 5 KKN Desa Margamekar mempresentasikan materi tentang Hajat Buruan. Tradisi ini dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Muharram dan Maulid, sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ritual ini melibatkan sesajen dan sawen yang memiliki makna filosofis mendalam bagi masyarakat setempat.
Sesajen yang disiapkan terdiri dari berbagai elemen simbolis seperti hanjuang merah, jawer kotok, dawegan, bubur merah dan putih, serta nasi tumpeng. Masing-masing memiliki makna spiritual dan sosial, termasuk kebersamaan serta keseimbangan dalam kehidupan. Selain itu, makanan yang disediakan juga dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk kepedulian sosial.
Selain sesajen, terdapat tradisi sawen yang berfungsi sebagai media tolak bala. Sawen terdiri dari cabai merah, kunyit, bawang merah, bawang putih, serta daun hanjuang merah yang dirangkai dengan harupat kawung. Tradisi ini dipercaya dapat melindungi masyarakat dari marabahaya, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam momen-momen penting.
Tradisi Hajat Buruan juga memiliki nilai kesehatan, religius, dan sosial yang kuat. Dari sisi kesehatan, sawen dipercaya dapat mencegah penyakit menular yang menyerang manusia maupun ternak. Dari aspek religius, praktik ini mencerminkan keyakinan masyarakat terhadap keseimbangan antara dunia kasat mata dan tak kasat mata. Sementara dari aspek sosial, acara ini memperkuat solidaritas dan persaudaraan antarwarga.
Dengan terselenggaranya lokakarya ini, mahasiswa KKN STAI Baitul Arqom diharapkan semakin siap dalam menjalankan program mereka di tengah masyarakat. Acara ini menjadi momentum penting dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan serta menjaga kelestarian budaya lokal sebagai warisan leluhur agar tetap hidup di tengah modernisasi.
Berita: KKN Kelompok 5 Desa Marga Mekar
Editor: @ R. Ch. Madris